FTMM NEWS – Ketidakmerataan dokter spesialis di Indonesia merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah. Penempatan dokter spesialis di Indonesia sebagian besar masih terpusat di kota-kota besar, padahal masyarakat di daerah terpencil juga perlu diperhatikan.
Data dari Konsil Kedokteran Indonesia menunjukkan 68% dari seluruh dokter spesialis di Indonesia hanya terpusat di Pulau Jawa. Hal ini berakibat pada ketidakadaan dokter spesialis di daerah-daerah terluar, seperti di Papua yang hanya terdapat 1% dari seluruh dokter spesialis Indonesia.
Angkat Permasalahan Ketidakmerataan Dokter di Indonesia
Dampak yang terjadi dari ketidakmerataan distribusi persebaran dokter spesialis adalah layanan kesehatan terpusat pada daerah tertentu, misalnya di Pulau Jawa.
Selain itu, dikarenakan jumlah tenaga dokter spesialis cukup sedikit membuat beberapa rumah sakit ternama yang bonafit melakukan outsourcing dokter spesialis dari luar negeri karena dinilai lebih expert dalam menangani permasalahan kesehatan yang dialami pasien. Namun, hal tersebut dinilai tidak etis.
Pendidikan spesialis berbasis rumah sakit dapat meningkatkan jumlah persebaran dokter spesialis di seluruh Indonesia. Konsep ini memberikan kesempatan untuk para dokter umum mendapatkan pendampingan oleh dokter spesialis senior untuk belajar sekaligus mengaplikasikan pembelajaran secara langsung dan bersamaan di rumah sakit.
Kenalkan Aplikasi Telehealth
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menyoroti pentingnya penguatan regulasi terkait permasalahan pemerataan dokter spesialis di Indonesia. Salah satu kebijakan yang perlu diperkuat yaitu kebijakan terkait Telehealth.
Telehealth, merupakan salah satu alternatif bagi masyarakat agar tetap bisa mendapat melayanan kesehatan selama pandemi. Aplikasi Telehealth juga dapat menjawab permasalahan pemerataan dokter di Indonesia karena pasien dan dokter tidak perlu bertemu secara langsung.
Telehealth hadir untuk menjawab tantangan Revolusi Industri 4.0 yang sangat potensial untuk dikembangkan di pandemi COVID-19. Telehealth membantu pasien mendapatkan dukungan dan konsultasi yang mereka butuhkan tanpa kontak langsung dengan individu yang sakit.
Vascular Indonesia sebagai media telehealth yang memiliki keunggulan yaitu layanan yang komprehensif dan berkelanjutan. Pasien dapat berkonsultasi dengan dokter mengenai keluhan yang timbul lalu dokter akan memberikan arahan dan resep obat apabila perlu. Selanjutnya Resep tersebut diunggah pada website Kemenkes RI untuk mendapatkan obat yang dikirim oleh kimia farma melalui jasa kurir Sicepat.
Pasien akan diarahkan ke ruang rawat inap digital atau Vascular Intensive Care Unit (VICU) via grup whatsApp yang melayani pasien dengan berbagai keluhan mulai dari klinis hingga administratif. Dengan adanya inovasi vascular indonesia tersebut, diharapkan dapat melayani pasien ke seluruh pelosok tanah air.
Namun, masih terdapat beberapa hal yang menghambat pelaksanaan Telehealth, yaitu sumber daya manusia yang mampu mengoperasikan teknologi, kurangnya infrastruktur yang mendukung, kurangnya pendanaan, serta kurangnya dukungan dari masyarakat.
Permasalahan ini dapat diatasi apabila pemerintah dapat memfasilitasi layanan kesehatan yang lebih layak dengan biaya yang terjangkau untuk masyarakat. Peningkatan fasilitas kesehatan juga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat kedepannya.
(Lra/and)
Kontributor : Laura Aprillia Maranis; Novita Rahma Nazila; Mutiara Firdausy; Diky Pandya Daniswara; Muhammad Fawwaz Kanziwa, Mahasiswa Teknik Industri