Sikapi Meningkatnya Angka Kekerasan Gender secara Daring, BEM FTMM Gelar Diskusi terbuka Bersama Perwakilan UNDP

FTMM NEWS – Pesatnya perkembangan teknologi berdampak besar bagi masyarakat, seperti peningkatan kasus kekerasan gender berbasis online (KBGO). Kekerasan gender berbasis online merupakan kekerasan yang berlangsung di internet dengan memanfaatkan media sosial. Tujuannya melecehkan korban berdasarkan gender atau dispropoorsional mempengaruhi gender tertentu.

Merespons hal tersebut, Kementerian Pemberdayaan Mahasiswa dan Kesetaraan Gender BEM FTMM UNAIR pada Sabtu (17/09) menggelar webinar. Mengusung tajuk GendTalk: How to Fight Sexism, Online Gender Based Violence, And Regain Self Esteem yang menghadirkan dua narasumber dari United Nations Development Programme (UNDP) dan salah satu penyandang gelar Gadis Sampul 2020.

Webinar GendTalk terdiri dari tiga sesi utama. Sesi pertama pemaparan KGBO secara umum oleh Cecilia Novarina (perwakilan UNDP Indonesia) dan Sharon Sitania (Gadis Sampul 2020). Kedua interactive session antara kedua narasumber yang mana para peserta juga dapat aktif bertanya kepada kedua narasumber. Terakhir yakni game quizziz yang bertujuan untuk menguji pemahaman peserta webinar mengenai materi dari narasumber.

Pada pemaparannya, Cecilia menjelaskan fakta-fakta yang ada mengenai kenaikan kasus KGBO yang fluktuatif sedang terjadi saat ini. Dia menjelaskan terkait berbagai macam KBGO, motivasi, tujuan, dan strategi perilaku pelaku dengan dampak dan bantuan untuk korban. “Tindakan KBGO bukanlah salah penyintas,” tegas Cecilia.

Selanjutnya, disambung oleh Sharon, pihaknya menyampaikan terkait efek mental health terhadap korban KBGO yang berasal dari personal experience nya. Dia menceritakan pengalamannya ketika menjadi korban KBGO yang yang mana menjadi backlash baginya ketika sering membawakan materi terkait KBGO.

“Sangat berdampak bagi kesehatan mental saya saat itu. Namun kini saya dapat menjadi pendengar dan memberikan dukungan asertif untuk korban dan menawarkan bantuan,” ungkapnya.

Erat dengan Kondisi Saat Ini

Terdapat banyak pembahasan mengenai kasus yang relate dengan kehidupan masyarkat saat ini. Seperti beauty standard, ketidakadilan perlakuan masyarakat dengan kaum ‘good looking’, dan perlunya awareness terkait KBGO tanpa memandang latar belakang korban. Sesi ini menjelaskan beberapa komunitas yang dapat menjadi acuan untuk menangani kasus KGBO. Seperti HopeHelps, LBH Apik, SAFEnet, awaskbgo, dan lainnya.

Interactive session yang dipandu oleh Lintang Sabrang selaku moderator berlangsung dengan lancar. Terdapat studi kasus melalui film “Cyber Hell” dan juga kasus KGBO yang sempat viral beberapa bulan lalu mengenai seseorang yang menjual foto teman-temannya di akun dewasa.

Film “Cyber Hell” dikupas dengan tuntas pada sesi ini dengan meninjau sudut pandang korban, sikap atau perlakuan dari orang-orang sekitar korban, serta motivasi pelaku KGBO. Selanjutnya dengan pembahasan UU TPKS, khususnya membahas tentang apakah hukum yang berlaku saat ini sudah cukup melindungi korban atau belum.

Sesi interaktif tuntas dengan pembahasan rape jokes dan rape culture.“Rape culture bentuknya seperti ice pyramid, dimana makin keatas makin parah dan makin sedikit yang melakukan”, ucap Kak Cecil dalam menanggapi hal tersebut.

Webinar di akhiri dengan ice breaking melalui Quizziz dan sesi dokumentasi. Dengan adanya webinar ini, kami dari BEM FTMM berharap muncul lebih banyak lagi masyarakat Indonesia yang memiliki kesadaran akan darurat KGBO dan mau memerangi KGBO yang ada di sekitar mereka.(*)(gar&ttw/wil)

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram
Share on email
Email
Share on linkedin
LinkedIn

Related Posts

X