Penemuan Baru dari Limbah Tebu dan Rumput Laut

FTMM NEWSUniversitas Airlangga tidak habisnya memunculkan inovasi lewat mahasiswa mereka, melalui kolaborasi dari berbagai fakultas-nya, Universitas Airlangga telah berhasil menciptakan kemasan Eco-Green dari limbah Tebu dan rumput laut. Beberapa fakultas yang terlibat adalah Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin, Fakultas Perikanan dan Kelautan, dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Kolaborasi mahasiswa ini membawa produk yang bernama NaNaRe ke Jepang dan berhasil membawa medali emas dan Special Award. Dua mahasiswa Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin ikut andil bagian dalam inovasi produk ini. Amadeo Lemuel dan Muhammad Akmal Rizqullah merupakan mahasiswa Angkatan 2020 jurusan Teknik Industri yang saat ini akan menempuh semester 7.

Tahun 2021, menurut World Population Review, dunia menghasilkan limbah styrofoam sebesar 590 ribu ton. Angka ini belum termasuk limbah styrofoam lainnya yang tidak terdata atau terbuang sembarangan. NaNaRe muncul sebagai solusi permasalahan ini. Produk ini menjadi produk yang spesial karena keunggulannya menawarkan bahan yang ramah lingkungan.

Pemilihan Limbah Tebu dan Rumput Laut

Pemilihan limbah rumput laut ini bukan tanpa alasan, melainkan karena Indonesia merupakan salah satu produsen rumput laut terbesar di dunia. Menurut Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tahun 2021, Indonesia telah memproduksi rumput laut hingga 9,12 Juta ton. Begitu halnya dengan limbah tebu. Pada tahun 2022, proses penggilingan tebu telah menghasilkan sekitar 279 limbah yang menyebabkan pembuangan yang ekstensif dan mengakibatkan pencemaran lingkungan. Akibat berasal dari limbah tebu, bahan ini terbilang cukup ekonomis sehingga menghemat produksi lainnya. Selain itu, tim memilih limbah tebu dan rumput laut karena kandungannya. Kandungannya antara lain selulosa, lignin, dan hidrokoloid yang mampu menghasilkan gugus polisakarida hidrokoloid seperti alginat, agar, dan karaginan. Polisakarida ini inilah yang menyebabkan NaNaRe kuat, biodegradable, dan ramah lingkungan.

NaNaRe telah melalui berbagai uji laboratorium, dan telah terbukti bahwa produk ini tahan panas hingga 75 derajat Celsius. Selain itu, NaNaRe mampu terurai selama kurang lebih 60 hari dan bersifat non-toxic. Sifat-sifat inilah yang menyebabkan produk NaNaRe ini terbilang cukup efektif dan efisien sebagai pengganti styrofoam yang saat ini masih marak digunakan terutama bagi perusahaan food and beverage. “Setidaknya kami telah mengalami 3-5 kali kegagalan dalam proses produksi sebelum mendapatkan produk yang sesuai dengan apa yang kami harapkan,” ujar Deo.

Saat ini, NaNaRe telah memproduksi wadah kemasan makanan dalam ukuran kecil 450 ml dan sedang 700 ml dengan target pasar pada usia produktif, yaitu 15-55 tahun dengan harapan produk NaNaRe ini dapat tergunakan secara luas dan dapat bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan food and beverage yang memiliki visi dan misi yang sama dengan kami dalam mengatasi permasalahan plastik di dunia.

“Kami memiliki harapan yang tinggi atas produk demi masa depan, produk NaNaRe merupakan bentuk implementasi kami untuk mewujudkan misi dan visi dunia yang tergandung dalam nilai-nilai Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu nomor 8 to Decent Work and Economic Growth, 12 to Responsible Consumption and Production, 13 to Tackle Climate, dan 14 to support Life Below Water,” lanjut Deo.

NaNaRe diyakini mampu menjadi solusi alternatif dari penggunaan styrofoam yang dirasa efektif untuk diproduksi dan digunakan namun tidak efektif bagi kebersihan dan kesejahteraan lingkungan.

Penulis: Amadeo Lemuel

Editor: Rizky Astari Rahmania

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram
Share on email
Email
Share on linkedin
LinkedIn

Related Posts

X