FTMM NEWS – Isu dunia terkait perubahan iklim sebenarnya sudah lama terdengar. Namun, selama ini masyarakat masih fokus pada pengelolaan sampah plastik dan domestik saja sebagai bentuk climate action. Hal ini menjadi bukti masih banyak masyarakat yang kurang menyadari kebiasaan membuang sampah elektronik sembarangan bisa menjadi masalah lingkungan.
Kandungan bahan kimia dalam peralatan elektronik juga dapat mencemari lingkungan jika tidak melalui proses pengolahan sebelum di buang ke lingkungan. Misalnya, baterai yang mengandung logam berbahaya dan termasuk dalam kategori limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya). Baterai yang sudah tidak terpakai merupakan salah satu contoh sampah elektronik yang memiliki kandungan bahan kimia berbahaya, seperti litium (Li), timbal (Pb), merkuri (Hg), nikel (Ni), dan cadmium (Cd).
“Kebiasan masyarakat membuang sampah elektronik seringkali dengan membuang limbah baterai di tempat sampah domestik tanpa memisahkannya. Selain berbahaya untuk ekosistem lingkungan yang berdampak pada iklim, hal ini dapat memicu ledakan,” ujar Ilma Amalina, Ph.D dosen Rekayasa Nanoteknologi FTMM UNAIR.
Jika baterai dibuang sembarangan, sambung Ilma, akan mengancam keselamatan lingkungan sekitar. Maka, bentuk dukungan pencegahan pencemaran kandungan limbah elektronik ke lingkungan bukan tidak mungkin juga berkontribusi pada perubahan iklim,
Inisiasi Tempat Sampah Khusus Baterai
FTMM berinisiatif menampung limbah baterai di tempat sampah khusus baterai yang bertempat di lantai I Gedung Kuliah Bersama Kampus C UNAIR. Penampungan limbah baterai ini bertujuan untuk mewadahi limbah baterai dari dosen, tendik, dan mahasiswa supaya tidak terbuang sembarangan.
Ini sebagai wujud FTMM mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) ke-13 “Climate Action” terkait aksi dalam penanganan perubahan iklim.
Senada dengan Ilma, Dr. Eng. Mochamad Lutfi Firmansyah, S.Si., M.Phill, yang berkecimpung pada topik Development of Novel Ionic Liquid for Valuable Metals Recovery from Waste. Lufi mengatakan limbah baterai dapat di kumpulkan dan kita dapat memperoleh kembali (recover). Logam berharga dari limbah tersebut sebagai sumber daya sekunder berharga dari limbah yang memiliki nilai ekonomi. Seperti logam perak (Ag), nikel (Ni), litium (Li), kobalt (Co), dan mangan (Mn).
“Logam-logam berharga tersebut akhirnya bermanfaat lagi untuk riset. Hadirnya penampungan limbah baterai ini merupakan langkah tepat yang di ambil FTM,” tambah Lutfi.
Ini akan menunjang pencegahan kerusakan iklim akibat limbah padat, seperti limbah elektronik. Hasil pengelolaan limbahnya akan bermanfaat untuk kegiatan pengembangan atau penelitian yang baru. Lutfi berharap bahwa penampungan limbah baterai ini tidak hanya tersedia di FTMM atau beberapa fakultas saja di Universitas Airlangga, tetapi juga bisa ditunjang dan dilakukan oleh universitas lain di Indonesia dan bisa diaplikasikan sebagai kebiasaan baik dari masyarakat umum di Indonesia.(*)(ia/lf/cpw/wil)