Direktur Kementerian ESDM Sampaikan Potensi Implementasi EBT di Indonesia di Masa Mendatang

FTMM NEWS – “Saat ini kebutuhan energi kita sangat besar, dan energi tersebut berasal dari bahan bakar fossil. Namun, kita juga menyadari imbas dari energi fossil juga berbahaya untuk kehidupan,” ungkap Andriah Feby Misna, S.T., M.T., M.Sc, dalam gelaran seminar nasional Renewable Energy Integration FTMM UNAIR pada Sabtu (27/8).

Rencana pengalihan energi fosil ke energi baru dan terbarukan telah dilakukan dengan mulai membangun pembangkit listrik berbasis EBT di beberapa PJB. Pemerintah menargetkan efisiensi energi listrik bebarengan dengan pemasifan EBT di seluruh wilayah Indonesia.

Potensi EBT Indonesia sangat besar, mulai dari energi surya, hidro, bayu, panas bumi, hingga gelombang laut. Namun pemanfaataannya masih sangat minim, dan saat ini paling banyak dari hidro melalui PLTA.

“Karena terletak di garis khatulistiwa, seluruh wilayah kita berpotensi besar untuk PLTS.  Bahkan, mencapai 3.686 GW,” ungkap Andriah yang saat ini menjabat sebagai Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan dari Kementerian ESDM.

EBT yang saat ini dimanfaatkan baru sekitar 217 Mega Watt saja, ini masih jauh dari target. Terlebih EBT dapat menjadi opsi yang bagus untuk menghidupi listrik di pulau terluar, seperti energi gelombang maupun bayu.

Upaya Pemerintah

Upaya pemerintah untuk mengoptimalkan EBT adalah dengan mulai menerapkan parsial replacement dari mesin bertenaga fossil ke elektrifikasi dengan EBT.

Dari sektor pembangkit konvensional seperti pembangkit listrik dengan energi batubara, dicampur dengan biomassa. Langkah ini akan menyebabkan emisi karbonnya menipis dan energinya lebih bersih.

“Selain itu juga mendorong swasta maupun komunitas untuk memanfaatkan rooftop maupun dinding bangunan tinggi sebagai tempat pembangkit listrik energi surya,” tandasnya.

Lebih lanjut, pemakaian kendaraan listrik di lingkungan kerja juga sangat dianjurkan. Hal ini demi mencapai tujuan Indonesia 2060 bebas karbon dan berteknologi maju berenergi bersih.

Pada 2030 tidak ada lagi pembangunan pembangkit listrik konvensional. Kami mendorong pemanfaatan  energy storage di seluruh industry. Terlebih hal ini juga menjadi potensi besar dalam membuka lapangan pekerjaan di Indonesia. Baik dari tahap awal hingga tahap akhir yakni limbah.

Selain itu, dalam hal bangunan, pada website EBTKE telah menyediakan contoh bangunan yang hemat energi. Seperti memanfaatkan sinar matahari untuk pencahayaan, hingga bangunan yang sejuk tidak memerangkap panas. Tentu bangunan yang hemat energi akan lebih efisien dalam pengelolaan dan budgeting.

“Kami menunggu inovasi dari adik-adik mahasiswa untuk mengembangkan teknologi EBT. Kalian adalah kader bangsa yang kelak akan menjadi engineer yang handal dalam menciptakan teknologi berenergi bersih,” pungkasnya.(*)(wil)

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram
Share on email
Email
Share on linkedin
LinkedIn

Related Posts

X