FTMM NEWS – Penerapan kolaborasi teknologi informasi dan energi terbarukan dalam ranah pertanian telah menjadi fokus Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin sejak tahun 2021. Bukti nyata persembahan FTMM dalam hal tersebut adalah terciptanya platform ARSENIK (Airlangga Sahabat Hidroponik) yang di aplikasikan di Karangploso Gempol Pasuruan.
Inovasi ini mendapatkan respon positif dari masyarakat sekitar, terlebih platform ARSENIK ini memanfaatkan Internet of Things (IoT). Dengan perpaduan hidroponik dan aplikasi monitoring ini sangat memudahkan warga dalam mengontrol tanaman hidroponiknya.
Selain itu, pengoptimalan suplai daya dari solar panel sekaligus mendukung pemerintah yang sedang gencar menerapkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT).
Pada kesempatan ini, FTMM yang sedang menggelar Sustainable Energy and Green Technology Applications (SEGTA) Fall 2022 mengajak seluruh partisipannya mengunjungi lokasi tersebut. Dalam sambutannya, Prof. Dr. Dwi Setyawan, S.Si., M.Si., Apt, mengungkapkan bahwa pihaknya mendatangkan mahasiswa asing dari dua benua ke Gempol untuk melihat kondisi lokasi penerapan ARSENIK.
“Kita berkolaborasi dengan mitra masyarakat maupun akademisi dari berbagai negara. Saat ini peserta SEGTA FTMM dari berbagai latar belakang pendidikan, kebanyakan adalah mahasiswa S2 dan S3,” ungkapnya pada Sabtu (12/11/2022).
Langkah Internasionalisasi Pendidikan Tinggi
Selain itu, kegiatan ini juga merupakan wujud pengabdian masyarakat internasional. Sebagai salah satu langkah internasionalisasi pendidikan tinggi, harapannya akan meningkatkan kapasitas melalui pertukaran budaya, pengembangan ilmu pengetahuan antar negara. Hingga persahabatan antar negara yang dapat memicu kenaikan dan keuntungan nilai ekonomi masyarakat dan bangsa.
Maka, dengan demikian dunia akademik kedepannya akan semakin mengglobal dan mampu berkompetisi dalam kancah internasional. Hal ini karena supporting dan persaingan lintas batas negara.
Dari hal inilah, diketahui bahwa penerapan atau pengaplikasian inovasi menjadi hal yang sangat penting kedepannya. Terlebih jika diiringi dengan masyarakat yang supportif akan mempermudah dalam penerapan dan pemanfaatannya.
Sementara itu, Prof. Dr. Retna Apsari, M.Si, selaku Wakil Dekan III menegaskan bahwa internasionalisasi merupakan gejala atau proses yang mutlak. Terlebih dengan mulai masuknya era Society 5.0 semakin mendekatkan dan menghilangkan jarak yang selama ini ada.
“Jika kita siap, masyarakat siap, dan pemerintah mendukung, ini akan menjadi kontribusi yang menuai manfaat besar. Namun, hal ini juga dapat sebaliknya menjadi bencana jika kita tidak siap dan hanya menjadikannya sebagai objek interaksi global saja,” tandasnya.(*)(wil)